Untuk Kamu....

Akhir-akhir ini ketika terbangun dari tidur, aku selalu bertanya, “Siapa kamu? Dari mana asalmu? Nyatakah kamu? Ada apa di antara kita?”

Kau, Mimpi.

Perempuan, ketika melihat mimpinya telah di depan mata maka kehidupannya tidak akan kembali persis seperti semula.

Empat Tahun

Selain orang tua dan keluarga, kalian adalah orang-orang terpenting dalam hidupku.....

Terima Kasih....

Akhirnya aku telah sampai pada titik terakhir di fase ini. Aku tak akan pernah melupakan bagaimana lika-liku perjalananku dulu. Masih begitu terasa, ketika salah satu saudara dari ibu angkatku mengatakan dengan nada yang sedikit menyindir “tidak usah kuliah, perempuan pasti ujung-ujungnya ke dapur juga”. Padahal dia sendiri adalah lulusan perguruan tinggi, dan dia pun tahu kalau keluarga dari pihak ibu angkatku kebanyakan merupakan lulusan perguruan tinggi, tapi dia mengatakan itu padaku. Perkataannya benar-benar membuatku berburuk sangka, ya, aku pun berburuk sangka padanya, mungkin dia tidak suka jika aku melanjutkan ke perguruan tinggi. Alasannya? Tentu karena statusku di keluarga yang hanyalah seorang anak angkat.

Tahun ke Tahun

Realita bahwa kau telah pergi

ataukah memang aku yang pergi

atau bahkan waktu yang meminta pergi.

Pada Akhirnya...

Kali ini aku rasa aku benar-benar akan membiarkannya pergi. Perasaanku sudah tak boleh lagi egois, sudah tak boleh lagi memaksakan yang tidak seharusnya dipaksakan. Ya, sudah cukup, aku akan membiarkannya pergi.

Nyatanya

layaknya angin, tak dapat kau lihat aku

selamanya tetap maya

kau pun begitu,

selamanya hanya ada dalam lembaran buku usang

sampai rinduku meradang

tetap takkan jadi nyata