catatan-catatan kecil tentang pengetahuan dan perasaan...

Rabu, 04 Juli 2012

Terima Kasih....


Akhirnya aku telah sampai pada titik terakhir di fase ini. Aku tak akan pernah melupakan bagaimana lika-liku perjalananku dulu. Masih begitu terasa, ketika salah satu saudara dari ibu angkatku mengatakan dengan nada yang sedikit menyindir “tidak usah kuliah, perempuan pasti ujung-ujungnya ke dapur juga”. Padahal dia sendiri adalah lulusan perguruan tinggi, dan dia pun tahu kalau keluarga dari pihak ibu angkatku kebanyakan merupakan lulusan perguruan tinggi, tapi dia mengatakan itu padaku. Perkataannya benar-benar membuatku berburuk sangka, ya, aku pun berburuk sangka padanya, mungkin dia tidak suka jika aku melanjutkan ke perguruan tinggi. Alasannya? Tentu karena statusku di keluarga yang hanyalah seorang anak angkat.

Hari itu, pertama kalinya dia membuatku menangis. Ah, aku pikir itu bukan yang pertama, sebelumnya dia pernah membuatku menangis. Sampai kemudian aku dikuatkan oleh saudara-saudaraku yang lain dan oleh ayah angkatku, mereka memacu semangatku untuk tetap melanjutkan ke perguruan tinggi.
Singkatnya, aku pun diterima di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Bandung melalui jalur SNMPTN. Pada saat itu aku benar-benar merasa senang karena mampu membuktikan pada orang tuaku dan pada keluargaku yang lain bahwa aku berhasil masuk ke perguruan tinggi negeri. Saat itu pula aku merasa bahwa aku telah berhasil membahagiakan hati mereka.
Selama kuliah, walaupun aku hanyalah seorang anak angkat, aku dapat merasakan bahwa meraka benar-benar menyayangiku, mereka tidak hentinya berusaha demi membiayai kuliahku. Terutama ibuku, dia adalah seorang wanita yang sangat tangguh. Di usia yang semakin menua, ibuku masih bersemangat untuk mencukupi kehidupanku selama berada di luar daerah. Satu hal yang dapat aku katakan, aku sangat mencintainya.
Aku berburuk sangka kembali pada orang yang sama. Ya, suatu ketika dia menghubungiku, rupanya dia mendengar bahwa ibuku berniat akan menyekolahkanku sampai S-2. Hal yang kali ini dia katakan benar-benar telah menyakiti hatiku. Dalam pembicaraan tersebut dengan jelas dia menegaskan padaku agar aku sadar bahwa aku hanyalah seorang anak angkat, dan menurutnya aku seharusnya sudah sangat bersyukur bisa disekolahkan sampai di perguruan tinggi, tidak perlu untuk melanjutkan sekolah yang lebih tinggi lagi. Padahal itu baru sebatas niatan dari ibuku, tapi responnya benar-benar luar biasa. Luar biasa menyakiti hatiku.
Aku mengadukan hal tersebut pada ayah dan ibuku, kemudian mereka kembali menguatkanku. Mereka mengatakan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan, karena bukan dia yang akan membiayai kuliahku, dan aku tidak akan sedikitpun membebaninya. Sekali lagi, hanya satu hal yang dapat aku sampaikan pada mereka, aku mencintai mereka.  
Pada proses perjalanan selama kuliah, banyak orang yang telah mengisi hari-hariku. Para sahabat, orang-orang yang ku sayang, kenangan manis dan pahit, semuanya menjadi satu. Permasalahan yang silih berganti yang membuatku semakin mengerti arti hidup dan menghargai kehidupan.
Pada semester akhir perkuliahan, aku kembali diuji. Permasalahannya hanyalah permasalahan yang manusiawi, ya, masalah cinta. Entah pada saat itu permasalahan itu rasanya berat sekali. Mengapa permasalahan itu muncul di akhir studiku. Di saat aku sedang membutuhkan keseriusan yang luar biasa untuk mengerjakan skripsi, Allah mengujiku dengan permasalahan hati. Tapi aku tegaskan, aku bukan wanita lemah yang menyerah pada perasaan. Aku bisa menempatkan posisiku sebagai apa dan siapa pada saat yang bagaimana. Permasalahan itu sempat menghambatku beberapa minggu, namun aku kembali teringat pada orang tuaku, mereka yang selalu mengharapkan kebahagiaanku.
Akhirnya, karya tulis yang penuh dengan air mata, perjuangan, dan doa itu telah selesai ku buat. Skripsi, benar, bagiku kata-kata tadi tidak berlebihan, karena memang banyak sekali yang terjadi selama penyusunannya.
Sekarang semuanya pada fase ini telah berakhir , perjuangan orang tuaku selama 4 tahun telah sampai pada akhir. Aku telah menambahkan gelar di belakang namaku. Masih teringat perkataan salah satu dosen di jurusanku, beliau mengatakan bahwa ini bukanlah perjuanganku, tapi merupakan perjuangan orang tuaku.
Sekali lagi aku ingin sekali mengatakan pada mereka bahwa aku sangat mencintai mereka. Terima kasih telah menyayangiku, merawat, dan menjagaku.
Terima kasih Allah... Engkau telah mengirimkan orang-orang yang begitu berharga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar