Akhir-akhir ini ketika
terbangun dari tidur, aku selalu bertanya, “Siapa kamu? Dari mana asalmu?
Nyatakah kamu? Ada apa di antara kita?”
Pertanyaan itu selalu
muncul seketika aku membuka mata. Begitu mudah Tuhan menghadirkanmu dalam
hidupku. Begitu mudah Tuhan menyembuhkan segala lukaku melalui perantaramu.
Begitu mudah Tuhan membayar semua air mataku terdahulu dengan tawa bersamamu. Dengan
mudah kamu meluluhlantahkan keyakinanku pada orang terdahulu.
Kamu harus tahu, aku
bukan orang yang mudah jatuh cinta dengan orang baru. Dari sekian lelaki yang
mendekat, tidak ada yang bisa mengubah keyakinanku dan rasaku pada dia, ya, cinta pertamaku, mimpi masa kecilku. Tiba-tiba, kamu muncul membalikkan
semuanya. Iya, kamu, orang yang menciptakan bahagiaku saat ini.
Ingat sekali pada hari itu, pertama kali aku menginstall sebuah social media di smartphone-ku, dan seketika itu juga aku menemukan dan melihat profilmu, tidak tahu kenapa aku merasa
sudah terarah untuk menambahkanmu ke dalam daftar pertemanan. Ah, tapi aku terlalu
malu. Kemudian tanpa disangka kau yang
terlebih dahulu menambahkanku ke dalam daftar pertemanan. Apa yang aku lakukan?
Jelas, tanpa ragu meng-accept permintaanmu.
Tunggu, dari sekian
banyak teman yg ber-gender laki-laki di daftar pertemananku, hanya kamu yang
intens aku hubungi, hanya pesan dari kamu yang tidak tertinggal selalu aku
balas. Kenapa?? Karena kamu berbeda. Bahasamu, cara menyampaikan pesan-pesanmu
bukan dengan nada merayu, tapi dengan nada akrab seolah-olah kita sudah
berteman sejak lama. Beruntungnya, aku memiliki kawan dekat yang satu daerah
denganmu, jadi aku mencari tahu identitas aslimu melalui dia.
Waktu yang membawaku
sampai pada titik ternyaman ini. Ya, aku merasa nyaman bersamamu, merasa
tenang. Hingga aku sadar bahwa perasaan ini bukan sekedar nyaman, tapi ada yang
terselip di balik itu.
Ketika kamu katakan
ingin bertemu denganku, seketika aku merasa takut. Aku takut setelah bertemu,
kita tidak akan senyaman ini lagi. Sebenarnya maksudku
adalah, aku takut kehilangan kamu, orang yang selalu menciptakan tawaku selama
ini.
Singkatnya, dari penantian
selama satu bulan lebih ternyata tidak sia-sia. Kamu datang, ya, mendatangi
rumahku. Aku senang sekaligus khawatir. Ya itu tadi, khawatir kau berubah
setelah bertemu denganku.
Anehnya, ketika kita
bertemu langsung, mengapa aku tidak merasa salah tingkah, deg-degan, atau sebagainya. Aku merasa mengalir begitu saja,
nyaman, dan tenang seolah-olah aku sebelumnya pernah bertemu denganmu.
Di pertemuan
selanjutnya, kamu benar-benar menghapus segala kekhawatiranku. Kamu
membuktikan semuanya, membuktikan bahwa kata-katamu tidak sekosong yang aku
kira. Ini, hal yang dinanti oleh setiap wanita. Kamu menyatakan perasaan
cintamu. Ah, ingat betul bagaimana kamu mengatakan semuanya. Caramu, lagi-lagi
membuatku ingin menambahkan nilai plus untukmu. Ya, karena aku merasa nyaman, selalu merasa tenang di dekatmu, aku menerimamu.
Aku benar-benar menjadi
aku yang apa adanya di hadapanmu, tidak betingkah menjadi orang lain, aku
merasa nyaman, tenang. Entah dari mana rasa itu berasal, tapi aku begitu yakin
akan kamu, aku yakin pada semua yang ada pada kamu.
Kamu mencintaiku apa
adanya aku, semua yang ada dalam diriku, lantas mengapa aku tidak sepertimu?
Aku akan melakukan seperti apa yang kamu lakukan. Semoga suatu saat kamu tidak
lupa bahwa aku adalah orang yang tidak memandangmu dari mana asalmu, siapa
dirimu, dan apa pekerjaanmu. Semoga suatu saat kamu tidak lupa bahwa aku adalah
orang yang ada di setiap waktumu, bahkan di saat sulitmu.
Semoga kau tetap
seperti ini, menjadi orang yang selalu aku cari ketika aku membutuhkan
peneduh, menjadi orang yang aku nanti untuk menghapus peluh, menjadi orang yang
selalu aku butuhkan ketika air mataku hampir jatuh.
Saat ini, aku
mencintaimu melalui doa, karena aku percaya Rabb-ku akan mejaga hatimu jika aku
meminta, karena Dia Yang Maha Memiliki Hati Manusia. Dalam doaku, semoga kelak kau
menjadi orang yang pantas untuk mendampingiku, dan aku menjadi orang
yang pantas untuk mendampingimu.
Bagiku, kau bukanlah
penyembuh luka, karena jika diibaratkan seperti itu, ketika lukaku sembuh
kemudian kau sudah tidak kubutuhkan. Bagiku, kau adalah jawaban, ya, jawaban
dari setiapdoa ketika dulu aku terluka.
Aku menyayangimu, mencintaimu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar