catatan-catatan kecil tentang pengetahuan dan perasaan...

Senin, 02 Desember 2013

Untuk Kamu....

Akhir-akhir ini ketika terbangun dari tidur, aku selalu bertanya, “Siapa kamu? Dari mana asalmu? Nyatakah kamu? Ada apa di antara kita?”
Pertanyaan itu selalu muncul seketika aku membuka mata. Begitu mudah Tuhan menghadirkanmu dalam hidupku. Begitu mudah Tuhan menyembuhkan segala lukaku melalui perantaramu. Begitu mudah Tuhan membayar semua air mataku terdahulu dengan tawa bersamamu. Dengan mudah kamu meluluhlantahkan keyakinanku pada orang terdahulu.
Kamu harus tahu, aku bukan orang yang mudah jatuh cinta dengan orang baru. Dari sekian lelaki yang mendekat, tidak ada yang bisa mengubah keyakinanku dan rasaku pada dia, ya, cinta pertamaku, mimpi masa kecilku. Tiba-tiba, kamu muncul membalikkan semuanya. Iya, kamu, orang yang menciptakan bahagiaku saat ini.
Ingat sekali pada hari itu, pertama kali aku menginstall sebuah social media di smartphone-ku, dan seketika itu juga aku menemukan dan melihat profilmu, tidak tahu kenapa aku merasa sudah terarah untuk menambahkanmu ke dalam daftar pertemanan. Ah, tapi aku terlalu malu. Kemudian tanpa disangka kau yang terlebih dahulu menambahkanku ke dalam daftar pertemanan. Apa yang aku lakukan? Jelas, tanpa ragu meng-accept permintaanmu.
Tunggu, dari sekian banyak teman yg ber-gender laki-laki di daftar pertemananku, hanya kamu yang intens aku hubungi, hanya pesan dari kamu yang tidak tertinggal selalu aku balas. Kenapa?? Karena kamu berbeda. Bahasamu, cara menyampaikan pesan-pesanmu bukan dengan nada merayu, tapi dengan nada akrab seolah-olah kita sudah berteman sejak lama. Beruntungnya, aku memiliki kawan dekat yang satu daerah denganmu, jadi aku mencari tahu identitas aslimu melalui dia.
Waktu yang membawaku sampai pada titik ternyaman ini. Ya, aku merasa nyaman bersamamu, merasa tenang. Hingga aku sadar bahwa perasaan ini bukan sekedar nyaman, tapi ada yang terselip di balik itu.
Ketika kamu katakan ingin bertemu denganku, seketika aku merasa takut. Aku takut setelah bertemu, kita tidak akan senyaman ini lagi.  Sebenarnya maksudku adalah, aku takut kehilangan kamu, orang yang selalu menciptakan tawaku selama ini.
Singkatnya, dari penantian selama satu bulan lebih ternyata tidak sia-sia. Kamu datang, ya, mendatangi rumahku. Aku senang sekaligus khawatir. Ya itu tadi, khawatir kau berubah setelah bertemu denganku.
Anehnya, ketika kita bertemu langsung, mengapa aku tidak merasa salah tingkah, deg-degan, atau sebagainya. Aku merasa mengalir begitu saja, nyaman, dan tenang seolah-olah aku sebelumnya pernah bertemu denganmu.
Di pertemuan selanjutnya, kamu benar-benar menghapus segala kekhawatiranku. Kamu membuktikan semuanya, membuktikan bahwa kata-katamu tidak sekosong yang aku kira. Ini, hal yang dinanti oleh setiap wanita. Kamu menyatakan perasaan cintamu. Ah, ingat betul bagaimana kamu mengatakan semuanya. Caramu, lagi-lagi membuatku ingin menambahkan nilai plus untukmu. Ya, karena aku merasa nyaman, selalu merasa tenang di dekatmu, aku menerimamu.
Aku benar-benar menjadi aku yang apa adanya di hadapanmu, tidak betingkah menjadi orang lain, aku merasa nyaman, tenang. Entah dari mana rasa itu berasal, tapi aku begitu yakin akan kamu, aku yakin pada semua yang ada pada kamu.
Kamu mencintaiku apa adanya aku, semua yang ada dalam diriku, lantas mengapa aku tidak sepertimu? Aku akan melakukan seperti apa yang kamu lakukan. Semoga suatu saat kamu tidak lupa bahwa aku adalah orang yang tidak memandangmu dari mana asalmu, siapa dirimu, dan apa pekerjaanmu. Semoga suatu saat kamu tidak lupa bahwa aku adalah orang yang ada di setiap waktumu, bahkan di saat sulitmu.
Semoga kau tetap seperti ini, menjadi orang yang selalu aku cari ketika aku membutuhkan peneduh, menjadi orang yang aku nanti untuk menghapus peluh, menjadi orang yang selalu aku butuhkan ketika air mataku hampir jatuh.
Saat ini, aku mencintaimu melalui doa, karena aku percaya Rabb-ku akan mejaga hatimu jika aku meminta, karena Dia Yang Maha Memiliki Hati Manusia. Dalam doaku, semoga kelak kau menjadi orang yang pantas untuk mendampingiku, dan aku menjadi orang yang pantas untuk mendampingimu.
Bagiku, kau bukanlah penyembuh luka, karena jika diibaratkan seperti itu, ketika lukaku sembuh kemudian kau sudah tidak kubutuhkan. Bagiku, kau adalah jawaban, ya, jawaban dari setiapdoa ketika dulu aku terluka.

Aku menyayangimu, mencintaimu... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar