catatan-catatan kecil tentang pengetahuan dan perasaan...

Minggu, 18 Maret 2012

Perjumpaan Kali Ini



Dalam lirik kerinduan yang sekian lama tak tersentuh, aku kembali menuliskanmu. Dulu, bertahun-tahun yang lalu ketika aku mencintaimu dengan cara yang lugu, aku ingin sekali kau mengerti tentang semua ini, tentang perasaan yang sulit ku definisikan. Perasaan yang muncul ketika aku belum mendapat banyak pengetahuan. Namun, dalam ketidakmengertian itu aku menyimpan banyak pertanyaan tentangmu.
Bocah kecil yang tak mengerti apa-apa, setiap hari menuliskanmu dalam bait-bait yang tak jelas keteraturannya. Tak mengenal tata keindahan bahasa, hanya mencoba jujur pada sebuah buku yang dia punya. Di tiap lembar kertas itu ada kejujuran, keluguan untuk mencintai seseorang yang tak dia tahu bagaimana perasaannya. Ya, aku, bocah kecil yang hanya ingin memberi tahu betapa dia mencintaimu.
Sejak lama sekali, kau tersimpan di dalam lembar-lembar kertas itu, dalam sebuah buku yang masih bisa dipastikan keberadaannya. Berharap suatu saat kau membacanya dan akhirnya tahu perasaan yang tersimpan di dalamnya. Namun, sampai akhir semuanya terpisah, sampai kau dan aku tak saling tahu keberadaan masing-masing, kau tetap tak mengetahuinya. Selalu dan sampai saat ini ada pertanyaan terselip di celah perasaan yang tenggelam oleh waktu, apakah kau sepertiku?


Kemudian waktu mempermainkan kita kembali, mempertemukan aku dan kau.

Namamu, sejak dulu hingga pada saat kita kembali mengetahui keberadaan masing-masing tetap istimewa. Entah, dimana letak keistimewaan namamu. Yang aku tahu, ketika aku membaca dan menyebutkan namamu, ada senyum kecil mengembang.
            Aku pikir namamu tak seistimewa dulu, ketika kau menjadi yang pertama dan satu-satunya untukku. Namun, ternyata tidak. Perasaan itu masih tetap ada ketika kau kembali dihadirkan dalam hidupku pada pertengahan Desember kemarin. Kau tetap mengembangkan senyum kecilku.

            Ketika untuk pertama kalinya kau dihadirkan kembali dalam hidupku, kau tahu apa yang pertama aku cari? Ya, kesendirianmu. Agak konyol memang, dan benar saja, kecewa yang aku dapat, kau  memiliki kekasih.

            Sebuah kebodohan pun terjadi, yg seharusnya dari awal tak ku lakukan. Aku memilih memunculkan perasaan yang dulu itu padamu lagi. Mudah, karena pada dasarnya aku mencintaimu sejak dulu. Bagiku hanya dengan mengeduk kembali perasaan yang telah banyak terkubur oleh waktu, setelah itu kau pun kembali menjadi sosok yang istimewa.
            Sayangnya, perasaanku egois. Aku tak memikirkan perasaan wanita yang juga mencintaimu. Wanita yang telah lama mendampingi hari-harimu. Wanita yang kau cintai. Aku tak berpikir bahwa mencintaimu berarti memberikan luka untukku dan untuknya, bahwa mencintaimu berarti memberikan peluang untukmu menyakiti hatiku dan hatinya.

             Pada akhirnya aku menyerah dengan perasaanku. Ternyata aku tak sekuat dugaanku. Aku sakit, terlalu sakit. Semua perasaan ini membuatku begitu lemah. Jika boleh memilih, aku lebih memilih berada pada posisi kekasihmu yang sebenarnya. Dia tak mengetahui apapun tentang kita, tetapi aku, aku tahu segalanya tentang kita, dan tentang kau dan dia.

            Aku memutuskan untuk berhenti menjadi sosok yang ‘ilegal’, menyudahi semua ini yang sudah terlalu menyakiti hatiku dan hatinya. Aku memilih mundur, karena pada dasarnya kau sangat mencintainya, dia lebih lama mengisi hari-harimu secara nyata. Tidak seperti aku, sosok maya yang hanya ada di dunia maya, tak terlihat.
            Aku mengalah semata karena aku yakin, jika memang Tuhan menakdirkan kau untukku, sejauh apapun kau pergi, sebanyak apapun kau melabuhkan hatimu, suatu saat kau pasti akan kembali pada hati yang sejak dulu menantimu.
Jika suatu saat takdir kembali mempertemukan kau dan aku, dan membiarkan perasaan ini akhirnya jatuh padamu, aku berharap hanya aku yang ada di takdirmu, tanpa ada seseorang lain yang akan tersakiti.

Sebab cinta, aku tak ingin membuatmu memilih.
            Sebab cinta, aku tak ingin membuatmu terus-menerus menyakiti hatinya.
Biarkan waktu yang mempermainkan kita kembali, seperti pada perjumpaan kemarin, namun tanpa harus ada kesakitan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar